Kamis, 26 Maret 2009

PENYAKIT ANEMIA

A N E M I

Adalah penurunan kuantitas dan kualitas sel- sel darah merah dalam sirkulasi.
Dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau akut, lisis . Anemi akibat gangguan dalam kualitas pembentukan sel darah merah ; Sel darah merah berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu besar (makrositik) atau gangguan pembentukan hemoglobin, konsentrasi Hb tinggi (hiperkromik) atau rendah (hipokromik).
Jadi kesimpulannya anemi dapat diklasifikasikan menurut morfologi sel darah merah; dan etiologinya.
Anemi menurut morfologinya : mikro dan makro menurut ukuran sel darah merah, sedang kromik menunjukkan warna atau konsentrasi Hb.
Ada tiga klasifikasi besar :

1.Anemi normositik normokhrom, dimana ukuran dan bentuk sel2 darah merah normal, mengandung Hb yang normal. Tetapi individu menderita anemi, penyebab anemi jenis ini adalah : perdarahan akut, hemolisis, gangguan ginjal, gangguan sumsum tulang, penyakit kanker dsb.

2.Anemi makrositik normokhrom, berarti ukuran sel darah merah besar, tetapi konsntrasi Hb normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA, seperti pada defisiensi B12 dan/atau asam folat, dapat terjadi juga pada kemoterapi kanker.

3.Anemi mikrositik hipokhrom, berarti ukuran sel darah merah kecil, konsentrasi Hb rendah/kurang dari normal. Hal ini menggambarkan insufisiensi sintesis hem, seperti anemi defisiensi besi, kehilangan darah kronik, sideroblastik, gangguan sintesis globin seperti pada tallasemia ( penyakit Hb abnormal kongenital)
Anemi menurut etiologi :
1.Meningkatnya kehilangan sel darah merah.
2.Penurunan atau gangguan pembentukan sel darah merah.
POLISITEMIA
Adalah peningkatan sel darah merah. Dibedakan, primer(vera); ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit, granolosit, sel darah merah.
Jenis Anemi;

a.Anemi aplastika
Adalah anemi normokromik normositik disebabkan oleh gangguan sumsum tulang, sehingga sel darah merah yang mati tidak diganti atau mungkin berkaitan dengan defisiensi semua jenis sel darah ( pansitopeni) ; sel darah merah, sel darah putih, trombosit, yang menyebabkan terjadinya infeksi, perdarahan, selain kekurangan darah.
Anemi Aplastika disebabkan oleh banyak hal yang menyangkut dengan sumsum tulang, misal; kanker sumsum tulang, perusakan sumsum tulang oleh proses otoimmun,defisiensi vitamin, berbagai obat, radiasi, kemoterapi.

b. Anemi Hemolitik
Adalah penurunan sel darah merah akibat destruksi berlebihan sel darah merah, gambaran morfologis, normositik normokromik, pembentukan sel darah merah di sumsum tulang meningkat untuk mengganti sel sel yang mati. Anemi hemolitik disebabkan faktor genetik, obat, radiasi, toksin tertentu, anemi sel sabit, malaria, reaksi tranfusi.

c. Anemi Sel Sabit
Adalah suatu gangguan genetik, terbentuk hemoglobin HbS, sel darah merah menjadi berbentuk sel sabit. Sehingga kehilangan kemampuannya berubah bentuk, sewaktu melalui pembuluh yang sempit. Aliran darah terganggu karena terjadi sumbatan. Hal ini menyebabkan iskemia dan infark.

c. Anemi karena Malaria
Disebabkan oleh infeksi parasit pada sel darah merah, oleh suatu protozoa plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui liur nyamuk. Parasit pertama kali meng infeksi sel hati kemudian berpindah ke eritrosit, menyebabkan hemolisis berat sel2 darah merah. Penderita dapat sembuh namun bersifat kambuhan.

d.Anemi hemolitik pada bayi baru lahir.
Anemi hemolitik pada bayi baru lahir akibat ketidak cocokan Rh pada ibunya, bayi Rh pos, ibu Rh neg. Gambaran morfologi : normositik normokromik.

e. Anemi karena reaksi transfusi.
Reaksi transfusi menyebabkan pengrusakan secara imunologik sel2 darah merah melalui transfusi. Walaupu antigen penjamu dan donor selalu diidentifikasi (ditentukan gol) untuk kecocokan ABO dan Rh sebelum dilakukan transfusi, dapat terjadi kecelakaan berupa kesalahan dalam penentuan jenis sel darah merah atau pencampuran darah yang diberikan.

f. Anemi pasca perdarahan.
Anemi pasca perdarahan adalah anemi normositik normokromik terjadi akibat kehilangan darah secara mendadak, perdarahan dapat jelas atau samar. Akibat perdarahan mendadak , menyebabkan tekanan darah menurun, yang mengakibatkan , kenaikan kecepatan denyut jantung, peningkatan pelepasan hormon renin dan pelepasan eritropoietin oleh ginjal. Akibatnya; gagal jantung dan gagal ginjal.

g.Anemi Pernisiosa.
Anemi pernisiosa adalah anemi makrositik-normokromik, akibat defisiensi vitamin B12. Dimana vitamin B12 penting untuk sintesis DNA dalam sel darah merah. Lansia sangat rentan terhadap defisiensi vitamin B12, akibat makanan yang kurang asupan vitamin B12. Setiap lansia yang memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, percepatan denyut jantung, dan perlambatan aktifitas mental dan fisik, harus diperiksa kemungkinan defisiensi vitamin B12.

h. Anemi defisiensi asam folat.
Anemi defisiensi asam folat adalah anemi makrositik-normokromik akibat defisiensi asam folat. Asam folat penting untuk sintesis DNA dan RNA dalam sel darah merah. Asam folat sering terdapat dalam makanan, tetapi defisiensi akibat alkoholik.

i.Anemi defisiensi besi.
Anemi defisiensi besi adalah anemi mikrositik-hipokromik, yang terjadi akibat defisiensi besi dalam gizi, atau hilangnya sel darah merah secara kronik. Biasanya terdapat pada wanita hamil/menyusui, wanita usia subur, haid, bayi dan balita. Pada laki2 ; terjadi pada ulkus atau penyakit hati yang ditandai denga perdarahan.
j.Anemi sideroblastik.
Anemi sideroblastik adalah anemi mikrositik-hipokromik yang ditandai oleh sel darah merah yang immatur,dalam sirkulasi dan sumsum tulang. Sel2 ini menyimpan besi dalam mitokhondria bukan dalam hemoglobin, sehingga sel2 darah merah kurang mengandung besi dalam hemoglobin. Penyebab adalah defek genetik kromosom X, atau obat2an tertentu.

GAMBARAN KLINIS ANEMI. :
1.Peningkatan kecepatan denyut nadi.
2.Peningkatan kecepatan pernafasan.
3.Pusing.
4.Rasa lelah, mudah mengantuk, sulit merespon.
5.Konyungtiva dan kulitb pucat.
6.Mual; akibat penurunan aliran darah , ke saluran cerna dan susunan saraf pusat.
7.Penurunan kualitas rambut dan kulit.
KOMPLIKASI.
1.GAGAL JANTUNG/DEKOMPENSASIO KORDIS.
2.KEMATIAN, akibat infeksi dan perdarahan apabila sel2 lain terkena.

POLISITEMIA.
POLISITEMIA : adalah peningkatan jumlah sel darah merah. Terdiri dari : polisitemia vera (primer) yang ditandai oleh peningkatan jumlah trombosit, dan granulosit serta sel darah merah ( erytrosit) dan sebagai awal abnormalitas sel.
Polisitemia dapat timbul sebagai akibat hipoksia kronik. Hipoksia kronik menyebabkan peningkatan pelepasan hormon ginjal erytropoietin,yang merangsang pembentukan sel darah merah.
Orang yang tinggal didaerah yang tinggi atau mengidap penyakit paru kronik sering mengalami polisitemia sekunder.

Kelainan apapun sebagai hasil dari hipoksia kronis akan merangsang produksi eritropoietin akan timbul polisitemia sekunder atau sekunda, bronkhitis kronis,emfisema adanya pembentukan ruang yang abnormal, berisi udara berdinding tipis Perokok mempunyai hematokrit lebih banyak dibanding bukan perokok, sebagai akibat adanya karbonmonoksida dalam asap perokok, keadaan ini sering tanpa gejala, tiba2 bisa serangan mendadak, misal stroke, jantung ; infark miokard.

TERDAPAT BENTUK POLISITEMIA RELATIF , jika volume plasma dalam pembuluh darah berkurang (hemokonsentrasi) tetapi volume total sel darah merah dalam sirkulasi normal. Karena itu Hmt pada pria meningkat sampai 53%, dan wanita meningkat sampai 46% . Penyebab utama adalah dehidrasi. Keadaan ini dapat timbul karena :
1.peningkatan kehilangan cairan seperti pada muntah-berak, pemberian diuretik, luka bakar, demam.
2.penurunan asupan cairan.
Merokok dapat memperburuk keadaan ini karena kontak dengan karbonmonoksida kronik mempertinggi arytrositosis
POLISITEMIA ABSOLUT, massa sel darah merah yang bersirkulasi benar-benar meningkat. Bisa terjadi pada polisitemia vera ( penduduk yang tinggal didataran tinggi dimana terjadi penurunan atmosfir, juga polisitemia sekunder, berhubungan dengan masalah medis, misal pada penyakit cardiopulmoner yang mengurangi O2 arteri merangsang erytropoiesis, atau tumor ginjal yang merangsang erytropoietin , sehingga pembentukan erytrosit meningkat.
PENGOBATAN : dengan flebotomi.

PATOFISIO 2008. YG.
Dr. SUPARTUTI,Mkes.

Tidak ada komentar: