Kamis, 26 Maret 2009

MAKALAH DISENTRI AMUBIASIS

AMUBIASIS

1.DEFINISI
Amubiasis ialah infeksi pada usus besar disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Pada sebagian manusia, merupakan carrier asimtomatik, tetapi penyakitnya bervariasi dari diare ringan yang kronis sampai disentri berat. Diantara komplikasi ekstraintestinal, yang paling sering timbul ialah abses hati, yang bisa rupture kedalam peritoneum, pleura, paru-paru atau pericardium.

2.PENYEBAB (Etiologi)
Ada 7 spesies amuba yang secara alamiah menjadi parasit di dalam mulut dan usus manusia, tapi hanya E. histolytica yang dapat menimbulkan penyakit. Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk: bentuk trofozoit yang motil dan bentuk kista.
Trofozoit merupakan bentuk parasit, berada di dalam lumen atau pada dinding kolon, membelah menjadi dua bagian yang sangat besar, paling baik tumbuh dalam keadaan anaerobic yang memerlukan adanya bakteri atau substrat jaringan untuk memenuhi nutrisinya. Jika terjadi diare, trofozoit akan berada dalam tinja cair dengan bentuk tak berubah , yang dapat dibedakan dari diameternya (10-20 µm), arah geraknya, ektoplasma jernih dengan batas jalas dengan sedikit pseudopida berbentuk jari dan endoplasma bergranula halus. Pada disentri, trofozoitnya lebih besar (50 µm) dan sering mengandung eritrosit yang dimakannya. Jika tak ada diare, trofozoit di tutup oleh kista sebelum meninggalkan usus,. Kista tersebut sangat resisten terhadap perubahan ligkungan, terhadap kadar klor di system purifikasi air dan asam lambung. Dengan pengecualian yang jarang, ia bertanggung jawab bagi transmisi penyakit ini. Kista-kista muda mempunyai inti tunggal, vakuol glikogen dan kadang-kadang badan kromatin yang berbentuk sosis. Jika kista menjadi matur, ia mengabsorbsi sitoplasma vakuolnya dan mempunyai 4 inti. Kista E. histolytica dapat dibedakan dari entamoeba coli dengan adanya 1-4 inti dengan kariosomsentral yang kecil dan kromatin perifer yang halus dan adanya badan-badan kromatoid tebal dengan ujung yang bulat.

3.PATOGENESIS DAN PERUBAHAN ANATOMIK
Sesudah ditelen, kista-kista mengalami pembelahan inti lebih lanjut. Di dalam usus halus, dinding kista mengalami desintegrasi dan dikeluarkanlah trofozoit. Amuba yang belum matur terbawa kedalam usus besar, pada mana ia hidup didalam lumen usus sebagai komensal yang memekan bakteri dan debris. Suatu saat amuba bisa menginvasi mukosa, menyebabkan userasi yang cukup luas untuk menimbulkan gejala-gajala. Factor penyebab terjadinya keadaan ini belum seluruhnya dimengerti, tetapi keadaan hospes dan virulensi organism yang menginveksi memegang peranan. Bukti epidemiologic menunjukan bahwa strain amuba yang asli dari iklim sedang umumnya avirulen. Tapi telah terlihat sifat invasive bukan merupakan sifat-strain yang stabil. Hal tersebut dapat menghilang sesudah kultur invitro yang terus menerus atu dipertinggi dengan lintasan binatang yang cepat. Virulensi berbagi strain E. histolytica tergantung atas hubungannya dengan bakteri yang hidup.
Ulkus amubik pada dinding usus adalah khas. Defek mukosa yang kecil diatas daerah lorong nekrosis yang besar didalam submukosa dan muskularis, sehingga menimbulkan lesi berbentuk botol. Tampak sedikit respon radang akuta dan berbeda dari gambaran disentri basiler, mukosa di antara ulkus adalah normal. Dalam frekuensi yang berurutan, ia mengenai sekum dan kolon, asenden, rectum, sigmoid, apendiks dan ilium terminalis. Dalam sekum dan sigmoid, infeksi kronik menimbulkan pembentukan masa jaringan granulasi yang besar atau amuboma. Amuba dapat memasuki sirkulasi portal dan tersangkut di dalam venula: nekrosis mencair jaringan hati menyebabkan pembentukan kavitas asbes. Kadang-kadang embolisasi menyebabkan abses paru, otak, atau limpa.

4.MANIFESTASI KLINIK
Orang pengeluar kista asimtomatik. Pada umumnya penderita dengan bentuk amubiasis yang umum ini. E. histolytica mungkin hidup sebagai komensal didalam lumen usus. Orang- orang yang mendapat infeksi pada iklim sedang tak mendapat gangguan jaringan yang nyata. Tetapi kadang-kadang timbul juga invasi, maka dibenarkan pengobatan terhadap orang pengeluar kista.

5.Gejala klinis
Buang air besar berisi darah atau lendir,sakit perut,hilangnya selera makan,turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi/peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan menyebabkan suatu bisul seperti amuba. Salah satu dari organ/ bagian badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis.

6.DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa disentri amuba usus didasarkan atas identifikasi organisme itu dari tinja atau jaringan. Tinja yang terbentuk mula-mula diperiksa dalam preparat basah dengan saline atau yodium untuk mencari kista amuba; metode kosentrasi seperti teknik formalin eter meningkatkan hasil penemuan tersebut 2-3 kali. Pemberian warna supravital seperti biru metilen yang dibufer ke larutan saline memperjelas gambaran inti dan mengurangi salan taksir antara leukosit fakal dengan trombosit amuba. Identifikasi E.histolytica memerlukan pemeriksaan preparat yang sudah diwarnai premanen dari material yang diawetkan dengan polivinil alcohol. Diperlukan micrometer okuler untuk membedakan E. hartmanni dari keluarganya yang lebih besar. Untuk itu sebaiknya tinja diperiksa sebelum pemberian obat-obatan antimikroba, antidiare atau preparat antisida, sebab semua obat-obatan ini mempengaruhi usaha menemukan amuba. Demikian pula pemberian enema dan prosedur radiologic yang memakai barium sulfat sebaiknya ditunda sampai selasai pemeriksaan E. histolytica.
Sukar membuat diagnosa disentri amuba ekstraintestinalis. Biasanya tak dapat ditemukan parasit dari tinja atau jaringan. Mungkin melakukan biakan amuba dari tinja atau jaringan. Mungkin melekukan biakan amuba dari tinja atau pus tetapi kebanyakan laboratorium tak bisa melakukannya. Prosedur diagnose terpenting pada yang dicurigai menderita abses hepatica adalah ba. Responnya sering dramatic selama 3hari.
Tes-tes serologi yang memakai antigen murni adalah positif pada hampir semua penderita yang terbukti menderita abses hepatica amuba dan pada sebagian besar penderita disentri amuba akuta. Tes-tes ini umumnya negatife pada orang pengeluar kista yang asimtomatik, menggambarkan bahwa diperlukan invasi kejaringan untuk pembentukan antibody.

7.PENGOBATAN
Seharusnya pengobatan bertujuan menghilangkan gejala-gejala, mengembalikan kehilangan cairan, elektrolit, dan darah serta eradiksi organism ini. Amuba bisa ditemukan didalam lumen usus, dinding usus atau ekstraintestinal. Kebanyakan amubisid tak efektif untuk semua tempat atau jika dipergunakan tunggal dan sering diperlukan kombinasi obat-obatan untuk mendapatkan kesembuhan. Obat-obatan yang ada berdasarkan tempat kerjanya dibagi dalam beberapa katagori berbeda, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

a.AMUBISID LUMINAL
Obat oral ini bekerja dengan berkontak langsung terhadap trofozoit di dalam lumen usus, tetapi tak efektif terhadap amuba di dalam jaringan. Dari obat-obatan yang ada, Dikloksanid furoat (Furamide) adalah salah satu yang paling efektif dan bisa ditoleransi dengan baik, tetapi memiliki efek samping yakni flatulensi.
Diyodohidroksikuin efekti pada 60-70% kasus. Karena obat ini analog yodoklorhidroksikuin (Entero-Vioform) maka sesudah penggunaan jangka panjang dapat timbul neuropati mieloopitika, tapi kasus ini hanya timbul jika obat digunakan pada dosis tinggi.

b.AMUIBISID JARINGAN
Klorokuin difosfat (Aralen) adalah amubisid sistimatik yang berguna pada penyakit hati karena konsentrasinya yang paling tinggi di dalam hati, dan aktifitas di tempat lain rendah.
Emetin adalah derivate alkaloid ipekak. Jika diberikan intramuskuler, obat ini efektif membasmi trofozoit di dalam jaringan termasuk yang di dinding usus. Obat ini efektif terhadap amuba luminal. Emetin relative toksik dan bisa menimbulkan vomitus, diare, kejang abdomen, kelemahan, nyeri otot, takikardia, hipotensi, nyeri prekordial dan kelainan elektrokardiografik.
Metronidazol (Flagyl) bersifat unik karena aman dan efektif terhadap trofozoit di semua tempat, intestinal atau ekstraintestinal. Ia merupakan obat terpilih untuk kebanyakan bentuk amubisis. Untuk amubiasis intestinal diberikan pada dosis 750mg 3kali/ hari selama 5-10 hari. Pada amibiasis hepatica, efektif dengan dosis yang lebih rendah. Metronidazol mempunyai kerja seperti Antabuse dan selama pemberian obat ini dilarang meminim alcohol.

8.PENCEGAHAN
Dengan mencegah kontaminasi makanan dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat, pemakaian tablet yang mengeluarkan yodium di dalam air minum (klor dalam bentuk halazon tak efektif) merupakan cara yang berguna.
Perbaikan sanitasi umum serta mendeteksi orang yang mengeluarkan kista dan menjauhkannya dari tugan menangani makanan, tetapi pemisahan dari carrier seperti itu jarang dilakukan. Pengontrolan masyarakat untuk penyakit amuba dengan pengobatan masal periodic dengan metronidazol dan diloksanid furoat telah dilaksanakan di beberapa daerah.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

trimakasih infonya
bs dipercaya kan?
buat tugas kuliah soalnya

wwwkhasanah.blogspot.com mengatakan...

thanks y mz aam,, buat ngerjain tugas hehehe....

Unknown mengatakan...

Saya dulu pernah menderita amubiosis dan diopname selama 6 hari, setahun berikutnya saya merasakan gejala yg sama tetapi saya minta rawat jalan setelah hasil lab menyatakan positif kambuh.
Saya benar-benar mengikuti petunjuk yg diberikan dokter. Akan tetapi akhir-akhir ini perut sebelah kiri atas terasa panas, apalagi bila dipakai jongkok, terasa seperti terbakat.
Apakah ini masih ada hubungannya dengan amubiosis?
Mohon sarannya.

Thx,
Novi

habank mengatakan...

Buat dc : menurutku mending baca aj dulu...

khasanah : ya sama2...

novi : bu novi maaf kita dari jurusan gizi...kalau itu dokter yang lebih tau...
menurutku ibu jangan kerja yang berat2 aj dulu dan selalu memperhatikan makanan yang dimakan jangan yang bergas, merangsang dan harus makanan yang mudah cerna...