Sabtu, 07 Juni 2008

makalah IBM lanjut

MAKALAH IBM LANJUT

Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada


Disusun Oleh :

AMBAR WICAKSONO

NIM : PO 7131107002

GIZI REGULER

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN GIZI

2008

DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................ 1

DAFTAR ISI.................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang................................................................................... 3
  2. Jumlah Produksi................................................................................ 4
  3. Perlunya Penanganan Penyimpanan............................................... 4

BAB II KARAKTERISTIK BAHAN MAKANAN

  1. Karakteristik Bahan..........................................................................5
  2. Daerah Asal........................................................................................ 6
  3. Varietas............................................................................................... 7

BAB III KERUSAKAN BAHAN MAKANAN

  1. Jenis – Jenis Kerusakan.................................................................... 8

BAB IV PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

  1. Syarat Penyimpanan......................................................................... 10
  2. Metode/Cara Penyimpanan.............................................................. 10
  3. Tujuan Penyimpanan........................................................................ 11
  4. Tanda – Tanda Kerusakan............................................................... 11

BAB V PENUTUP......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 16

LAMPIRAN................................................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selada termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makana sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan bersama-sama dengan bahan makanan lain. Selain berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk pegobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki peranan yang sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat.

Memperhatikan kegunaannya yang beragam di dalam kehidupan sehari- hari, maka selada sangat mudah dipasarkan. Sehingga dengan demikian apabila dibudidayakan (diusahakan) dengan baik dapat memberikan keuntungan yang besar. Berusaha tani selada dapat berhasil dengan baik apabila petani memiliki pengetahuan yang luas mengenai semua aspek yang berkaitan dengan tanaman selada, yaitu mulai dari manfaat dan kegunaannya, varietas, mutu benih, teknik budidaya, kondisi lingkungan bertanam, penanganan panen dan pascapanen, dan analisis usaha taninya. Makalah ini membahas semua aspek tersebut di atas yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat untuk meningkatkan kemampuannya dalam bertani, khususnya di dalam pembudidayaan tanaman selada.

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan masyarakat dapat mengembangkan usaha tani selada dengan lebih baik, sehingga dapat menambah penganekaragaman bahan pangan nabati (sayuran), memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat pada setiap rantai agrobisnisnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Masukan, saran, dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.

B. Jumlah Produksi Selada

Pemanenan selada dilakukan satu kali. Dengan pemeliharaan yang baik, hasil panen selada berkisar antara 30 – 148 ton/hektar, bergantung pada varietas yang ditanam. Hasil panen selada daun berkisar antara 30 – 39 ton/hektar, selada kepala (krop) berkisar antara 114 – 148 ton/hektar, dan selada batang berkisar antara 63 – 99 ton/hektar.

C. Perlunya Penanganan Penyimpanan

Selada tergolong jenis sayuran yang sangat mudah rusak. Sehingga apabila penanganan setelah panen dilakukan kurang baik maka dapat menyebabkan kemerosotan kualitas yang berlangsung cepat. Daun selada yang dibiarkan pada kondisi normal (tanpa perlakuan khusus) sudah mengalami pelayuan dengan daun menguning 2 hari setelah panen, dan daun sudah tidaklaku dijual. Sayuran yang telah layu sudah banyak kehilangan Vitamin C dan Karoten.

BAB II

KARAKTERISTIK BAHAN MAKANAN

A. Karakteristik Bahan

Tanaman selada (Lactuca stiva) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi berkisar antara 20 cm - 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe dan varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop (kumpulan daun - daun yang saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas yang tidak membentuk krop. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm - 40 cm dan tinggi tanaman selada kepala berkisar antara 20 cm - 30 cm.

Secara morfologi, organ - organ penting yang terdapat pada tanaman selada adalah sebagai berikut.

a. Daun

Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam, bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang membentuk krop memiliki bentuk daun bulat atau atau lonjong degan ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap. Sedangkan jenis selada yang tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar dan tulang - tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm - 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.

b. Batang

Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang membentuk krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Sedangan selada yang tidak membentuk krop (selada daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm - 7 cm (selada batang), 2 cm - 3 cm (selada daun), serta 2 cm - 3 cm (selada kepala).

c. Akar

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menmpel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20 cm - 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi.

Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam.

d. Buah

Buah selada berbentuk polong. Di dalam polong berisi biji - biji yang berukuran sangat kecil.

e. Biji

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.

Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

f. Bunga

Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian. Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih. Tanaman selada yang ditanam di daerah yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.

B. Daerah Asal Selada

Menurut berbagai sumber pustaka, tanaman selada (lactuca sativa) merupakan tanaman asli Eropa dan Asia. Tanaman ini baru mendapatkan perhatian untuk dibudidayakan setelah diketahui mempunyai manfaat sebagai bahan makanan sayuran yang memiliki kandungan gizi yang baik. Di samping itu, tanaman selada diketahui juga memiliki manfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam - macam penyakit. Tanaman selada sudah mulai dibudidyakan sejak kurang lebih 2.500 tahun yang lalu, dengan dibuktikan terdapatnya tulisan – tulisan purbakala mengenai tanaman (lettuce) sekitar 500 tahun SM (Tim Penulis PS, 1992).

Di Indonesia tanaman selada dibudidayakan oleh masyarakat di daerah - daerah sentra sayuran di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan bermacam - macam varietas yang ditanam.

Selada memiliki nama yang berbeda - beda di setiap Negara, misalnya, selada (Indonesia), mustard (Taiwan), dan lettuce atau head lettuce (Kalangan Internasional).

C. Varietas Selada

Selada telah lama dikenal oleh masyarakat. Pada awalnya, hanya terdapat beberapa varietas (jenis) selada. Dengan berkembangnya peradaban manusia dan teknologi, kini telah ditemukan varietas – varietas baru yang lebih unggul dari generasi – generasi sebelumnya yang jumlahnya tidak terhitung lagi. Sehingga memberikan harapan besar terhadap peningkatan produksi selada di Indonesia maupun di nehara – negara lain. Di samping itu, terbitnya varietas – varietas baru yang produksinya lebih tinggi dari varietas – varietas sebelumnya juga memberikan harapan yang besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Di Indonesia terdapat varietas selada lokal maupun varietas yang berasal dari luar negeri (varietas impor). Namun, pada umumnya yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah varietas impor, karena produksi varietas lokal pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan varietas impor. Varietas – varietas impor yang lebih banyak beredar di pasaran Indonesia berasal dariberbagai Negara penghasil benih unggul, misalnya Peto Seed (USA, Amerika Serikat), Yasui (Taiwan), Known You Seed (Taiwan), Liong You Seed (Taiwan), Qiang Nong Seed (Taiwan), Sakata Seed (Jepang), Takil Seed (Jepang), Hungnong Seed (Korea), Nunhems Seed (Belanda), dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan hasil yang tinggi. Setiap tahun secara kontinu perusahaan – perusahaan benih tersebut menghasilkan varietas baru. Masing – masing varietas memiliki keunggulan yang berbeda – beda, sehingga akan menghasilkan nilai rupiah yang berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi produktivitas tanaman (produksi daun/krop), daya adaptasi terhadap lingkungan, ketahanan terhadap hama dan penyaki, serta rasa daun.

Varietas – varietas selada tersebut dibagi dalam empat kelompok, yaitu tipe selada kepala atau telur (Head lettuce), selada rapuh (Cutting lettuce atau Leaf lettuce), dan selada batang (Asparagus lettuce atau Stem lettuce).

BAB III

KERUSAKAN BAHAN MAKANAN

A. Jenis – Jenis Kerusakan Selada

1. Penyakit Mosaik

Penyakit mosaik pada tanaman selada hijau disebabkan oleh virus mosaik turnip (lettuce mosaik virus). Virus ini termasuk ke dalam golongan virus Y kentang (Potato virus y).

Tanaman selada yang diserang penyakit mosaik, pada daun terdapat belang – belang hijau tua dan hijau muda dengan pola tertentu dan bentuk daun sedikit berubah (gambaran mosaik). Dan disertai dengan adanya lepuh – lepuh, tulang – tulang daun menjadi pucat. Gejala ini terjadi karena terganggunya pembentukan klorofil di tempat – tempat tertentu. Akibat penyakit mosaik, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat sehingga produksinya sangat berkurang.

2. Penyakit Busuk Basah

Penyakit busuk basah juga dikenal dengan sebutan penyakit busuk lunak (soft rot). Penyebab penyakit ini adalah bakteri Erwinia carotovora pv. Carotovora (Jones) Dye yang dahulu disebut sebagai Erwina carotovora (Jones) Holland. Bakteri ini dapat bertahan hidup di dalam tanah dan sisa – sisa tanaman di lapang.

Tanaman selada yang diserang bakteri Erwina carotovora (Jones) Dye menunjukkan gejala pada bagian yang terinfeksi terdapat bercak kebasahan. Selanjutnya, bercak tersebut akan membesar dan melekuk, berbentuk tidak beraturan, dan berwarna cokelat tua kehitaman (jaringan membusuk). Jaringan yang telah membusuk tersebut tidak berbau. Akan tetapi, lama – kelamaan jaringan yang telah membusuk menjadi berbau tidak enak. Kondisi yang lebih parah ini disebabkan adanya serangan bakteri sekunder pada bagian yang telah terinfeksi tersebut. Pembusukan tersebut dapat berlangsung dengan cepat apabila udara lembap (kelembapan lebih dari 90%) dan suhu udara tinggi (berkisar antara 250C – 300C). Dalam kondisi lingkungan yang demikian, maka dalam waktu yang singkat seluruh bagian tanaman akan membusuk dan tanaman mati. Penyakit busuk basah selain menyerang tanaman selada di kebun, juga menyerang di dalam penyimpanan dan pengangkutan.

3. Penyakit Busuk Daun

Penyakit busuk daun pada tanaman selada disebabkan oleh cendawan (jamur) Bremia latucae regel. Cendawan tersebut dapat bertahan dari musim ke musi pada tanaman hidup. Tumbuhan inang cendawan Bremia latucae regel adalah dari familia aster – asteran (andewi, kenikir, selada, dahlia, bunga matahari, bunga kertas, herbras, kosmea, solidago, dan sonecio). Infeksi cendawan ke tanaman melalui mulut kulit.

Pada tanaman selada yang terserang penyakit busuk daun, mula – mula terjadi bercak – bercak bersudut berwarna hijau muda pucat sampai kuning yang terdapat di antara tulang –tulang daun. Sedangkan pada bagian permukaan bawah daun terbentuk jamur putih yang jumlahnya banyak (bercak – bercak putih) yang merupakan sporangiofor dan sporangium jamur. Selanjutnya bercak – bercak yang besar berwarna coklelat (busuk daun). Penyakit busuk daun dapat berkembang terus dipenyimpanan dan pengangkutan.

4. Penyakit Busuk Rhizoctonia

Penyakit busuk Rhizoktonia disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn. Penyakit ini menyerang daun, terutama daun – daun tua yang terletak dekat tanah. Tanaman selada yang diserang penyakit busuk Rhizoctonia, daun – daun tua yang terletak dekat tanah (bagian tangkai dan tulang daun induk) tampak terjadi becak cokelat berlendir, helaian daun membusuk berwarna cokelat berlendir. Infeksi selanjutnya akan menyerang daun – daun berikutnya sehingga seluruh tanaman berlendir (membusuk). Jika keadaan cuaca kering, maka tanaman yang telah membusuk tersebut akan mengering dan menjadi mummi hitam. Pada umumnya penyakit busuk Rhizoctonia menyerang jenis selada telur dan selada rapuh (selada yang membentuk krop).

5. Penyakit Bercak Daun Cercospora

Penyakit bercak daun Cercospora pada daun selada disebabkan oleh cendawan Cercospora iongisima sacc. Nama lain cendawan tersebut adalah Cercospora lactucae stev, Cercospora lactucae indicae saw.

Tanaman selada yang diserang penyakit bercak daun Cercospora, mula – mula pada tepi daun terjadi bercak – bercak kecil kebasahan. Kemudian secara bertahap, bercak – bercak tersebut berkembang semakin ke dalam dan jaringan yang terinfeksi (sakit) menjadi berwarna kecokelatan dan pada bercak terdapat titik – titik hitam.

BAB IV

PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

A. Syarat

Syarat penyimpanan selada tergantung dari penanganan panen dan pascapanen. Penanganan panen dan pascapanen sangat berpengaruh terhadap mutu hasil akhir daun selada yang dipanen. Penanganan panen yang kurang baik, seperti perlakuan pada saat memotong tanaman, penentuan waktu panen yang tidak tepat (terlalu muda atau tua), pengumpulan daun yang tidak pada tempatnya (di tempat yang panas), dan sebagainya dapat menurunkan mutu hasil panen. Demikian pula apabila penanganan setelah panen juga dilaksanakan kurang baik dapat menyebabkan mutu hasil panen yang baik pada saat panen menjadi jelek mutunya sampai di pasaran. Misalnya, pada penanganan pengangkutan yang kurang baik dapat menyebabkan pelukaan atau kerusakan pada daun, rusaknya atau membusuknya daun karena proses penyimpanan yang tidak memadai, dan sebagainya.

B. Metode/Cara

Untuk mempertahankan kesegaran daun selada hingga beberapa lama dapat dilakukan penyimpanan dengan suhu rendah dan penyimpanan dalam ruangan sistem atmosfer termodifikasi (modified atmosphere container).

1. Penyimpanan dengan suhu rendah

Penyimpanan dalam ruangan dengan suhu rendah adalah sisten penyimpanan yang dilakukan dalam ruangan yang bertemperatur rendah (32°F) dan kelembaban yang relatif tinggi (95%). Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah ini memerlukan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan pendingin.

Penyimpanan dalam ruangan yang bertemperatur rendah dan kelembapan yang relatif tinggi dapat memperlambat laju penguapan dan laju pernapasan daun selada, menghambat penuaan, menghambat pengeluaran panas, menghambat pematangan, mencegah atau menghambat kegiatan patogen (mikroorganisme) perusak, perubahan biokimia daun selada, tidak mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi (nutrisi), dan bentuk fisik daun selada. Daun selada yang disimpan pada suhu 32°F dengan kelembapan nisbi 95% tahan disimpan sampai 3 – 4 minggu.

2. Penyimpanan dalam ruangan sistem atmsofer termodifikasi (modified atmosphere container)

Penyimpanan dalam ruangan dengan sitem atmosfer termodifikasi merupakan cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), Karbondioksida (CO2), dan Nitrogen (N2) di dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernapasan, penguapan dan aktifitas biologis lainnya yang terjadi pada daun selada.

C. Tujuan Penyimpanan

Dalam kondisi udara bebas, kandungan O2 = 20,99%, CO2 = 0,09%, dan N2 = 78,03%. CO2 yang dinaikkan di atas 2% dan O2 yang diturunkan hingga diawah 8% di dalam ruangan penyimpanan dapat memperpanjang masa simpan sayuran. Pengaruh rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida dlam udara penyimpanan akan memperlambat pernapasan (respirasi), pematangan (ripenting), pelayuan (senesence), menurunkan laju produksi etilen, memperlambat pembusukan, dam menekankan perubahan yang berhubungan dengan pematangan (Kader 1986, dalam Muhammad Taufik Ratule, 1999). Sehingga dengan demikian, masa simpan (kualitas kesegaran daun selada) akan lebih lama.

Penyimpanan teknik atmosfer termodifikasi jika dikombinasikan dengan pendinginan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Di daerah tropis yang beriklim panas, penyimpanan di dalam atmosfer termodifikasi harus dikombinasikan dengan pendingin. Menurut Pantstico (1975), penyimpanan buah dan sayuran dalam atmosfer termodifikasi yang tidak dikombinasikan dengan pendingin kerusakan akan berlangsung cepat akibat penimbunan panas dan CO2. Sehingga dengan demikian dalam iklim tropis yang panas (seperti di Indonesia), penyimpanan dalam atmofer termodifikasi tidak dianjurkan, kecuali dikombinasikan dengan pendingin.

D. Tanda – Tanda Kerusakan

Tanda – tanda kerusakan selada dapat dipengaruhi atau disebabkan oleh hama tanaman. Hama tanaman yang menyerang tanaman selada adalah dari golongan serangga, nematoda, dan siput. Di antaranya sebagai berikut.

1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon hufn)

Tanaman selada yang diserang ulat tanah, daunnya tampak berlubang – lubang tidak beraturan, terutama daun – daun yang masih muda. Apabila ulat menyerang bagian dasar tanaman atau pucuk tanaman, maka tanaman tampak layu dan rebah (pangkal batang telah terpotong).

2. Ulat Krop (Crocidolomia binotalis zell)

Tanaman selada yang diserang ulat krop seringkali daun tinggal tulang – tulang daun saja. Jika ulat telah masuk ke daun sebelah dalam atau masuk ke dalam krop maka menyebabkan daun menggulung atau krop menjadi tidak sempurna dan rusak. Namun, dari luar tanaman tampak sehat – sehat saja. Akan tetapi, apabila diperiksa lebih dalam, bagian daun sebelah dalam telah rusak. Ulat yang telah masuk ke daun sebelah dalam menjadi sulit dikendalikan.

3. Ulat Tritip (Plutella xylostella linn)

Tanaman selada yang diserang ulat Plutella xylostella mula – mula daunnya bercak – bercak putih dan bercak – bercak putih tersebut akan membesar. Apabila diamati lebih dalam, bercak – bercak putih tersebut merupakan kulit ari (lapisan epidermis) daun yang tersisa setelah ulat memakan daging daunnya. Selanjutnya, daun menjadi berlubang – lubang karena kulit ari daun telah mengering dan robek. Pada serangan yang berat, daun tinggal tulang – tulangnya saja karena seluruh daging daun telah habis dimakan.

4. Ulat Grayak (Spodoptera litura fabricius)

Tanaman selada yang diserang ulat grayak daunnya berlubang – lubang, kemudian menjadi robek – robek atau terpotong – potong. Pada serangan yang berat, daun tinggal tulang – tulangnya saja.

5. Siput (Mollusca)

Pada umumnya hama siput mrnyerang tanaman yang masih muda. Tanaman selada yang diserang hama siput, daunnya banyak yang berlubang – lubang tidak merata. Siput menyerang tanaman pada malam hari.

6. Kutu Daun (Aphis sp atau Myzus persicae sulzer)

Tanaman selada yang diserang kutu Aphis sp daunnya berkerut atau kriting dan tumbuhnya tidak normal jika tumbuhan berat, daun menguning, layu, dan mati akibat kurangan cairan. Pada umumnya daun – daun yang diserang adalah daun – daun yang masih muda pada pucuk tanaman. Tanaman muda (bibit) yang diserang kutu ini tumbuh kerdil.

7. Jangkrik dan Gangsir

Tanaman selada yang diserang jangkrik dan gangsir batangnya terpotong. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Jika serangan parah dapat mematikan tanaman. Jangkrik dan gangsir pada umumnya menyerang tanaman pada malam hari. Untuk mengetahui banyak atau sedikitnya jangkrik dan gangsir pada areal pertanaman selada dapat diketahui dengan melihat lubang – lubang yang terdapat di kebun.

8. Orong – Orong atau Anjing Tanah (Gryllotalpa Africana)

Orong – orong atau anjing tanah (Gryllotalpa africana) menyerang akar tanaman yang masih muda, tanaman muda, dan tunas - tunas muda yang dekat dengan permukaan tanah. Kerusakan pada akar, daun, dan tunas – tunas muda dapat menyebabkan daun tanaman menguning, tanaman layu, dan akhirnya tanaman mati.

9. Cacing Tanah (Meloidogyne spp)

Tanaman selada yang masih muda yang diserang cacing Meliodygne spp akan cepat mati, sedagkan serangan pada tanaman yang sudah besar menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, layu, daun berguguran, dan akhirnya tanaman mati. Apabila tanaman dicabut, akarnya tampak berbenjol – benjol bulat dengan ukuran yang bervariasi dengan jumlah yang banyak.

10. Gurem (Thrips tabaci)

Hama Thrips menyerang daun dan bunga (menghisap cairan sel). Daun – daun yang diserang hama Thrips, mula – mula tampak bercak – bercak cokelat muda, lalu daun berkerut (keriting), pucat, layu, menguning, dan akhirnya daun mengering dan tanaman mati. Bunga yang diserang hama Thrips sering dijumpai berada di bagian ujung dan lapisan bagian bawah, atau pucuk – pucuk tanaman. Apabila bagian – bagian pucuk tanaman diserang hama ini, maka pertumbuhan tunasnya akan terhenti, sehingga tanaman akan tumbuh kerdil.

.

BAB IV

PENUTUP

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya dan dukungan serta doa restu dari kedua orang tua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak hal – hal yang tidak dapat diuraikan karena keterbatasan pengetahuan dan informasi yang penyusun dapatkan. Namun demikian penyusun berharap makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuannya.

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah diterangkan pada bab – bab sebelumnya penyusun dapat menenarik kesimpulan bahwa:

1. Penanganan panen dan pascapanen perlu diperhatikan supaya tidak menyebabkan kerusakan pada daun selada.

2. Penyimpanan daun selada perlu diperhatikan agar kesegarannya tetap terjaga karena selada termasuk bahan makanan yang mudah rusak.

3. semakin segar daun selada/semakin bagus daun selada maka nilai jualnya semakin mahal.

B. Saran

Dalam makalah ini, penyusun akan memberikan saran – saran tentang selada yaitu sebagai berikut:

1. Petani selada di Indonesia, jumlahnya perlu ditingkatkan lagi.

2. Budidaya tanaman selada perlu diperhatikan, sesuai dengan keadaan iklim dan keadaan selada.

3. Sebaiknya penanganan pasca panen dilakukan dengan hati – hati karena akan mempengaruhi mutu dan nilai jual.

4. Perlu dilakukan teknik penanganan selada agar kualitasnya baik.

5. Perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit, agar bentuk dan mutunya terjaga.

6. Masyarakat tidak perlu ragu – ragu untuk mengkonsumsi selada karena selada mempunyai vitamin dan mineral yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang, Ir. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis usaha Tani Selada. Semarang : CV Aneka Ilmu.

www.google.co.id

Tidak ada komentar: