TUGAS
KEWARGANEGARAAN
ISU MENGENAI CALON PRESIDEN HARUS S1
DISUSUN OLEH :
AMBAR WICAKSONO
NIM :
GIZI REGULER
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
2008
Mengenai isu bahwa calon presiden harus S1, saya setuju selama niat itu baik dan yang akan membawa bangsa Indonesia kearah yang lebih baik lagi. Bukankah segala sesuatu itu harus diawali dengan niat. Jika niat awalnya baik mungkin kedepanya juga baik. Tapi jika usulan ini hanya untuk kepentingan golongan – golongan tertentu atau ada unsur – unsur tertentu saya tidak setuju. Menurut saya S1 atau tidaknya seorang presiden tidak masalah bagi saya yang penting seorang presiden itu harus bijak. Bukankah orang bijak itu sudah pasti pintar? Tapi orang yang pintar belum tentu bijak. Bijak menurut saya yaitu tahu mengenai sesuatu keadaan.
Satu hal yang perlu diketahui bahwa mengandalkan pintar atau IQnya tinggi tidaklah cukup untuk memimpin bangsa yang mempunyai jutaan penduduk yang homogen. Orang yang pintar atau IQnya tinggi harus juga didukung dengan EQ (Emotional Quation) dan juga SQ (Spiritual Quation) untuk memimpin bangsa ini. Sebagai contoh orang yang hanya mengandalkan IQ apabila dia tidak dapat mencapi atau memperoleh suatu hal maka dia akan menjadi gila atau frustasi. Ini membuktikan bahwa orang tersebut tidak menggunakan IQ, ia hanya mementingkan atau hanya memikirkan nafsunya tanpa bisa melihat dan memikirkan segala sesuatu atau situasi yang ada disekelilingnya. Apabila IQ dan EQ seseorang telah telah dimiliki maka terakhir yang harus dipenuhi adalah SQ.
Jika seseorang hanya memiliki IQ dan EQ saja maka dia tidak tahu bahwa tugas dia didunia ini adalah menjaga amanat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Dapat kita lihat di negara kita ini banyak orang yang memiliki IQ dan EQ tinggi tapi mereka tidak memiliki SQ. Sebagai contoh banyak pejabat – pejabat sampai kebawahnya yang melakukan korupsi. Ini membuktikan bahwa mereka tidak tahu bahwa tugas mereka di dunia ini apa. Mereka tidak ingat akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Mereka tidak takut akan dosa – dosa yang menimpa. Yang mereka pikirkan hanyalah duniawi saja tanpa memikirkan akherat.
Apabila pemimpin bangsa memiliki bekal seperti itu saya yakin bangsa kita akan menjadi lebih baik lagi. Jadi antara IQ, EQ, SQ harus seimbang dan harus saling berkesinambungan.
Pendidikan presiden tentu sangat perlu untuk memipin bangsa Indonesia yang besar ini, sehingga dengan pendidikan presiden yang tinggi diharapkan akan menghasilkan pemikiran - pemikiran dan strategi yang cemerlang untuk membawa bangsa Indonesia yang lebih maju. Latarbelakang presiden yang berpendidikan tinggi sudah tentu beda dengan pendidikan yang rendah dalam memimpin bangsa. Tapi yang jadi masalah dalam negara kita adalah sistem dalam suatu pemerintahan yang menjadi pertanyaan. Percuma pendidikan presiden tinggi tetapi sistemnya masih sama seperti yang dulu berarti tidak ada perubahan hanya latarbelakang presiden yang berubah. Jika pendidikan presiden tinggi otomatis dia pintar. Dengan kepintarannya otomatis dia akan merubah sistem – sistem yang dianggap perlu. Presiden berpendidikan tinggi atau tidak, itu tidak masalah bagi saya yang penting bagaimana dia bisa memimpin bangsa ini agar lebih maju dan masyarakat tunduk dan patuh terhadap peraturan negara. Sehingga rakyat Indonesia hidup sejahtera.
Untuk mencapai perubahan yang lebih maju yang harus dirubah adalah sistem pada diri kita masing – masing. Apa tugas kita sebagai bangsa Indonesia dan apa yang akan kita berikan untuk bangsa Indonesia. Pendidikan pemimpin boleh berubah tetapi kita juga harus berubah dari kebiasaan buruk. Kita jangan egois untuk merubah agar pendidikan presiden minimal S1. siapa yang menyatakan itu berarti dia telah siap untuk merubah sistem pada dirinya untuk lebih baik lagi. Pendidikan presiden harus S1 atau tidak jangan menjadi masalah besar bagi kita yang penting bagi kita adalah bangsa Indonesia harus tetap utuh, bersatu dan bebas dari KKN. Sesuai dengan slogan BHINEKA TUNGGAL IKA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar